ScrollFx

THOMAS ALFA EDISON

Buku itu seperti pengarangnya, hanya muncul satu kali di dunia, akan tetapi daripadanya ada sepuluh ribu yang keluar dan tak kembali lagi.Jonathan swift (1667-1745).

Sebagai seorang anak sekolah dasar di zaman Hindia Belanda pernah saya baca suatu cerita tentang Thomas Alva Edison (1847-1930).

Dalam cerita itu Edison diceritakan menjadi pencjaja koran di jalur ulang alik kereta api yang menghubungkan dua tempat di danau Erie. Ia bersobat dengan kondektur dan masinis kereta api yang memandangnya sudah melembaga menjadi bagian dan jalur ulang-alik itu. Oleh karena itu ia diberi tempat berkantor di ‘kabus’, yaitu gerbong terakhir yang bermenara pengawas. di kantornya ia menyimpan harta bendanya berupa buku-buku bekas yang dibelinya dari keuntungannya menjual koran atau yang ditemukannya di keranjang sampah.

Dari keranjang sampah ia juga mengumpulkan berbagai peralatan bekas yang ditemukannya terbuang di keranjang sampah, Untuk kita ketahui bersama, sudah menjadi kebiasaaan ibu rumah-tangga di Amerika serikat menaruh semua perlatan rumah-tangganya yang rusak di dekat tempat sampah, Benda2 itu akan dibuang ke tempat penumpukan sampah kecuali kalau ada yang mengambilnya lebih dahulu.

Thomas hanya menjajakan korannya ketika kereta berhenti di stasiun-stasiun di antara kedua ujung jalur ulang-alik. Sewaktu kereta berjalan ia ada di dalam kabus dan tidak menjajakan korannya karena ia tidak mau mengganggu hak penumpang untuk beristirahat, Dalam waktu-waktu senggangnya yang terputus-putus itulah ia membaca semua buku bekas yang ditemukannya dan kemudian memilah mana yang perlu disimpan dan mana yang lebih baik dibuang untuk mengehemat ruang penyimpanan, di samping itu ia juga mengotak-atik dan membongkar semua peralatan bekas yang ditemukannya di keranjang sampah.

Ada perkakas yang dapat diperbaikinya, ada pula yang sudah terlalu rusak untuk diperbaiki. Suku cadang yang menurut perkiraannya masih dapat berguna, disimpannya dan selebihnya dibuangnya untuk mengehmat penggunaan tempat penyimpanan di kabusnya. Dan pengalamannya membongkar-pasang peralatan rusak itu serta dengan membandingkannya dengan berbagai buku yang telah dibacanya akhirnya ia mencoba-coba membuat perlatan baru yang belum pernah ditemukan orang sebelumnya.

Pada suatu ketika ia mendapatkan seperangkat alat-cetak di tempat pembuangan sampah, Mesin cetak itu diperbaikinya sehingga dapat dipakai lagi mencetak. Timbul idenya membuat koran sendiri yang sekarang mungkin dapat dinamakan tabloid. Koran itu terbit secara berkala pada hari tertentu dan memuat berita lokal yang ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari di kereta api ulang-alik. Tentu saja berita seperti itu luput dari perhatian koran biasa, sehingga banyak yang tertarik membeli tabliodnya itu.

Dan hasil penjualan korannya itu ia membeli alat2 laboratotorium dan pereaksi kimia. Maka kabusnya diam2 berubah menjadi laboratorium dan pereaksi kimia tempatnya mengulangi kembali berbagai percobaan yang tercantum dalam buku pelajaran kimia. Itulah awal tamatnya riwayat kabus yang digunakknnya ssebagai laboratorium. Suatu percobaan kimia yang dikerjakannya meledak dan kabusnya terbakar, Ia pun akhinya dilarang berkantor di gerbong kereta api.

Apa yang dapat kita ambil hikmahnya dan thomas alva edison? ia tidak mampu bersekolah tinggi2 . Sejak kecil ia harus bekerja untuk mencari makan, Tetapi ia mambu membagi waktu, kapan menjajakan koran, kapan membaca buku dan mengotak-atik berbagia barang bekas. Dari mengotak-atik itu dan kehausannya membaca untuk mendapatkan pengetahuan baru, pikirannya berkembang dan ia akhiranya dijuluki sebagai satu dari sedikiti sekali penemu terbesar sampai masa kini.

Ia mencatatkan lebih dari 1000 paten terhadap hasil penemuannya. Hasil temuannya yang pertama adalah suatu perbaikan terhadap alat ketuk sinyal telegraf pada tahun 1869 pada usia 22 thn. Dari hasil paten itu ia mendapatkan modal untuk mendirikan pabrik alat2 telegrafi, dengan teknik telegrafi baru yang dinamakan metode dupleks. dengan cara itu satu kawat dapat menghantarkan sekaligus empat berita.

Pada tahun 1876 ia memindahkan pabriknya ke Menlo Park dan mengubah pabrik produksi itu menjadi laboratorium penemuan industri. Di tempat itu ia menghasilkan pemancar karbon dan suatu pesawat penerima baru. Inovasi itu membuat penemuan Alexander Graham Bell tentang telephon menjadi menguntungkan untuk dipasarkan. Setelah itu pada tahun 1877 ia menemukan gramofon yang menggunakan kertass timah-putih.

Pada tahun 1879 ia menemukan lampu pijar benang karbon yang adalah titik awal penerangan menggunakan lampu listrik.

Terlalu banyak penemuan-penemuannya yang lain yang juga berguna bagi masyaraat karena kemampuannya membaca cara menyelesaikan masalah dan mengotak-atik. Namun yang pasti dapat dikatakan ialah bahwa keberhasilannya bukan terutama karena kepandaiannya, melainkan karena ketekunannya bekerja. Hal itu tersirat dalam ungkapannya yang “Genius is one percent insipiration and ninety-nine percent transpiration” atau kejeniusan itu adalah satu persen ilham dan sembilan puluh sembilan persen kucuran keringat.

itu juga barang kali yang sesuai dengan pengamatan orang jepang tentang beda etos kerja kita dengan etos kerja bangsa jepang. Katanya kita berkeringat sehabis makan sedangkan orang jepang berkeringat sehabis bekerja !. Bandung, 12 Oktober 1999. [ disadur dari buku : Pola Induksi Seorang Eksperimentalis; Prof.Andi Hakim Nasution; IPB-Press; 2000 ]

0 komentar:

Posting Komentar

iCalendar

ebuddy.com Login

Crystal Clock

About this blog